Novel

Ipung #1, Ipung #2, Elegi Surtini dan Ayunda

Salah satu bacaan yang saya tunggu-tunggu kelanjutannya adalah Serial Ipung, sejak pertama kali saya membaca serial Ipung #1, karakter tokoh ipung yang dibuat oleh seorang public speaker, motivator, wartawan, kartunis dan budayawan PRIE GS ini berbeda dengan kebanyakan anak sekolahan sekarang, sosok anak muda dari kampung yang teramat sederhana, pintar, santun dan memiliki izzah atau harga diri yang tinggi…

Banyak pelajaran luar biasa yang bisa saya peroleh dari tokoh ipung ini, bagaimana seni bernegosiasi, berfikir cerdas dan penuh kejutan… yang jujur saya akui, saya sendiri belum bisa berfikir dengan penuh pertimbangan seperti itu… walaupun kadang terasa naif karena semua itu saya peroleh dari seorang anak sekolahan… banyak kata-kata motivasi yang diperoleh dari serial ipung ini… bahkan sebelum muncul edisi revisi-nya ada beberapa kata motivasi yang sangat menarik yang sudah  tidak ditemukan di edisi revisinya (diambil dari pujian untuk Pris GS dan ipung dari “Umat” halaman 16 Ipung #2)

“Hidup bukanlah rangkaian kemustahilan”, “Masih banyak masalah yang lebih rumit daripada sekedar Wanita”,  “Tak semua cabang hidup harus kita menangkan”,  “Hidup ini keras maka gebuglah”

Kejutan demi kejutan keluar dari setiap kisah di serial ipung ini, di paragraf akhir serial ketiga ipung yang berjudul “Elegi Surtini dan Ayunda” ada yang membuat saya kaget dan tertawa…

“Aku tidak pernah ingin jadi pacarmu”, “Karena menurut guru agama dikampungku, pacaran itu haram hukumnya. Itulah sebabnya tadi aku katakan pada ibuku, engkau adalah calon menantunya. Aku tak mau engkau jadi pacarku. Tapi aku ingin kau jadi istriku. Jauh-jauh kau datang dari semarang ke kepatihan ini, sepagi ini, untuk apa kalau sekedar hanya menjadi pacar ? Menempatkanmu sebagai calon istriku adalah penghormatan setimpal atas pegorbananmu datang kesini. Aku melamarmu disini. Jika kau terima aku lanjutkan lamaranku ke orangtuamu. Jika tidak kau terima, cukuplah kau jadi temanku…”

wakakaka… gelo pisan…!!!